”Selama ini kita berdialektika dengan aksiom2, dikotomi, dan segala tetek bengek pembahasan ke-kini-an. Kita bicara tentang Agama, Ateisme atau Metafisika, kemudian mempertentangkannya satu sama lain dengan nyaris tanpa mendapatkan sintesis apapun dan lalu memandang sebelah mata, atau bahkan menutup mata sama sekali dengan masa depan kita atau anak cucu kita nantinya, dalam rumah besar ini; Planet Bumi. Bayangkanlah kita sedang minum teh di sebuah villa di Puncak yang hijau, atau memancing di danau Subtropis yang dikelilingi gunung bersalju. Dan bayangkan pula betapa itu mungkin hanya akan tinggal impian anak cucu kita kelak, seratus tahun atau malah lebih cepat lagi, jika kita tidak ramah pada rumah besar kita sendiri” (Vicenzo)
Mau ga mau kita harus bisa menirima dengan lapang dada klo pemanasan global itu telah terjadi. Suhu permukaan bumi telah meningkat dan kita harus waspada pada akibat2 y
ang akan terjadi pada masa2 yg akan datang.Seperti yg telah ditulis diatas ternyata pemanasan global disebabkan oleh banyak hal, dan sampai saat ini faktor2 dominan penyebab pemanasan global masih diperdebatkan. Tapi yang jelas bumi lebih hangat 0.5 – 0.6 0C dari rata-rata suhu bumi 100 tahun terakhir.
Bulan januari tahun 2007 menjadi bulan januari terhangat sepanjang 100 tahun ini, dimana suhu rata2 bulan januari 2007 0.85 0C lebih tinggi dari suhu rata2 bumi bulan januari yaitu 12 0C. Dan diperkirakan tahun 2007 ini akan menjadi tahun terpanas sepanjang 100 terakhir diamana akan meningkat 0.54 0C dari suhu rata2 tahunan sebesar 14 0C. Tahun terpanas selama ini jatuh pada tahun 1998 yaitu 0.52 0C lebih panas dari suhu rata2 tahunan. dibelahan bumi bagian utara yaitu eropa timur dan rusia kenaikan suhu bulan januari adalah 4 0C dan Kanada 2.5 0C dari suhu rata2 tahunan.
Tahun 2006 sendiri merupakan tahun terpanas ke-6 selama 100 tahun ini, yaitu naik 0.42 0C dari suhu rata2 tahunan. Sedangkan kantor meteorologi Inggris menyebutkan bahwa tahun 2006 merupakan tahun terpanas di Inggris. 10 tahun terhangat pada abad 20 ini terjadi setelah tahun 1980 dan 3 tahun terhangat terjadi setelah tahun 1990.
Peningkatan suhu bumi ini sudah sangat mengkhawatirkan. Menurut sebuah konfrensi tentang perubahan iklim di inggris bila suhu bumi meningkat lebih dari 2 0C maka sebagian spesies akan punah dan bahkan ekosistem bisa hancur, kelaparan akan terjadi dimana khususnya di negara berkembang dan air bersih aka menjadi barang yang sangat langka.
Para ilmuwan memperkirakan pada tahun 2100 suhu bumi akan meningkat 1.4 – 5.8 0C. Kenaikan temperatur ini akan menyebabkan mencairnya es dikutub utara dan mnghangatkan lautan sehingga mengakibatkan meningkatnya voleme lautan serta menaikkan permukaannya sekitar 9 – 100 cm, menimbulkan banjir di daerah pantai, bahkan dapat menenggelamkan pulau-pulau. Beberapa daerah dengan iklim yang hangat akan menerima curah hujan yang lebih tinggi, tetapi tanah juga akan lebih cepat kering. Kekeringan tanah ini akan merusak tanaman bahkan menghancurkan suplai makanan di beberapa tempat di dunia. Hewan dan tanaman akan bermigrasi ke arah kutub yang lebih dingin dan spesies yang tidak mampu berpindah akan musnah. Penelitian lain mengungkapkan bahwa dalam waktu 1000 tahun yang akan datang permukaan laut akan meningkat setinggi 7 meter dari keadaan sekarang.
Berdasarkan simulasi model iklim, juga dapat diperkiarakan pada musim panas tahun 2040 es- es dikutub utara seluruhnya akan mencair bila kadar pelepasan emisi gas-gas rumah kaca tetap setinggi saat ini. Berdasarkan pemgamatan dengan menggunakan satelit pengindraan jauh, pada bulan september 2006 luas daratan es di kutub utara hanya 1.9 juta Km2 atau seluas daratan Alaska menurun sekitar 4 juta Km2 dalam kurun waktu 10 tahun.
Pemanasan global yg berhubungan langsung dengan perubahan iklim berdampak sangat luas terhadap kehidupan di bumi ini. Menurut ahli geologi sejak 1 juta tahun yg lalu sudah 10 kali suhu bumi meningkat dan selalu berkorelasi dengan peningkatan CO2 di bumi. Akan tetapi yang paling menghawatirkan adalan pemanasan yg terjadi dalam 20 tahun terakhir ini, pemanasan yg terjadi sudah melebihi pemanasan yg terjadi pada jaman medieval (1000 tahun yg lalu). pada jaman itu bumi juga mengalami pemanasan.
Saat ini, atmosfir berisi komponen utama gas rumah kaca, yaitu CO2, sebanyak 380 ppm (380 molekul per satu juta molekul). Sebelum revolusi industri terjadi, jumlah CO2 adalah 275 ppm. Agar suhu bumi tidak naik sampai 2 0C, maka kadar CO2 di atmosfer harus berada di bawah 450 ppm.
IPCC panel memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. CO2 akan tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali. Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi CO2 di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan resiko populasi yang sangat besar.
Bukti dampak dari pemanasan global akhir2 ini sudah sering ditemui. Selain menyusutnya es di kutub utara, iklim yg tidak menentu dan seringnya terjadi badai merupakan efek lain dari pemanasan global. Menurut penelitian di Belanda, anak burung koolmees yaitu burung pemakan serangga menetas jauh sebelum waktu yang seharusnya. Mereka kekurangan pangan karena belum musim ulat, sebagai akibat dari perubahan siklus iklim.
Kekeringan, kebakaran, munculnya berbagai macam penyakit tropis (malaria dan DB), banjir dan tanah longsor yang sering terjadi di indonesia merupakan salah satu efek dari pemanasan global, walaupun tanpa harus memungkiri ada pengaruh2 lain dari peristiwa-peristiwa itu. Pada tahun 2002 puso melanda pantura seluas 12.985 ha sehingga menurunkan produksi padi di daerah tersebut. Tahun 2003 luas sawah yang mengalami kekeringan adalah 450.000 ha dimana 100.000 ha sawah tersebut mengalami puso. Daerah Jawa -Bali terjadi peningkatan kasus malaria, dari 18 kasus per 100 ribu penduduk jadi 48 kasus per 100 ribu penduduk, tahun 1998, naik hampir tiga kali lipat. Sementara di luar Jawa Bali, terjadi peningkatan sebesar 60% dari 1998 sampai tahun 2000. banjir yang terjadi di jakatra tahun 2002 merupakan akibat dari curah yang di atas rata2, dimana curah hujan saat itu adalah 107 mm sedangkan normalnya adalah 50 mm. Tahun 2007 kemarin curah hujan juga mencapai 250 mm.
Menurt Rini Hidayati dampak pemanasan global di indonesia adalah sebagai berikut:A. Akibat yang bersifat menguntungkan :· Bertambahnya produktifitas tanaman di daerah beriklim dingin· Menurunnya resiko kerusakan tanaman pertanian oleh cekaman dingin· Meningkatnya runoff yang berarti meningkatnya debit aliran air pada daerah kekurangan air· Berkurangnya tenaga listrik untuk pemanasan· Menurunnya angka kesakitan dan angka kematian oleh cekaman dinginB. Akibat yang bersifat merugikan :· Meningkatnya tingkat kematian dan penyakit serius pada manula dan golongan miskin perkotaan· Meningkatnya cekaman panas pada binatang liar dan ternak· Perubahan pada tujuan wisata· Meningkatnya resiko kerusakan sejumlah tanaman pertanian· Meningkatnya tenaga listrik untuk pendinginan· Memperluas kisaran dan aktivitas beberapa hama dan vektor penyakit· Meningkatnnya banjir, erosi dan tanah longsor· Meningkatnya runoff yang berarti meningkatnya debit aliran air pada daerah basah· Akibat ekstrim kompleks (seluruhnya bersifat merugikan):· Berkurangnya produksi tanaman pertanian oleh kejadian kekeringan dan banjir· Meningkatnya kerusakan bangunan oleh pergeseran batuan· Penurunan sumberdaya air secara kualitatif maupun kuantitatif· Meningkatnya resiko kebakaran hutan· Meningkatnya resiko kehidupan manusia, epidemi penyakit infeksi· Meningkatnya erosi pantai dan kerusakan bangunan dan infrastruktur pantai.· Meningkatnya kerusakan ekosistem pantai seperti terumbu karang dan mangrove· Menurunnya potensi pembangkit listrik tenaga air di daerah rawan kekeringan· Meningkatnya kejadian kekeringan dan kebanjiran· Meningkatnya kerusakan infrastukturSedangkan peneltian lain memprediksikan dampak pemanasan global sebagai berikut:· Kenaikan permukaan air laut setinggi 60 cm pada tahun 2070. Bagi penduduk di daerah pantai, hal ini akan menjadi ancaman karena tempat tinggal mereka terancam banjir, sementara penghasilan mereka (baik sebagai nelayan maupun dari sektor pariwisata) terancam oleh perubahan gelombang pasang.· Rusaknya infrastruktur daerah tepi pantai sehingga Indonesia akan kehilangan sekitar 1.000 km jalan dan 5 pelabuhan lautnya. Selain itu infrastruktur lain di sekeliling pantai perlu direhabilitasi dan ditinggikan.· Akan terjadi krisis air bersih di perkotaan, khususnya Jakarta. Naiknya permukaan laut tidak hanya mempengaruhi mereka yang tinggal di tepi pantai, tapi juga mereka yang di perkotaan akibat intrusi air laut.· Meningkatnya frekuensi penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, seperti penyakit malaria dan demam berdarah.· Menurunnya produktivitas pertanian akibat perubahan suhu dan pola hujan yang tak tentu.· Sejumlah keanekaragaman hayati terancam punah akibat peningkatan suhu bumi rata-rata sebesar 1 0C. Setiap individu harus beradaptasi pada perubahan yang terjadi, sementara habitatnya akan terdegradasi. Spesies yang tidak dapat beradaptasi akan punah. Spesies-spesies yang tinggal di kutub, seperti penguin, anjing laut, dan beruang kutub, juga akan mengalami kepunahan, akibat mencairnya sejumlah es di kutub.
Perkiraan2 ini masih banyak diperdebatkan dikalangan ahli sampai saat ini. Bukti2 akibat dari pemanasan globalpun masih simpang siur. Tapi dengan tetap waspada dan selalu melindungi lingkungan kita, apapun yg diperkiraakan di atas mudah2an bisa dikurangi.
Amien…
“Masalah terbesar bukan tentang teknologi atau biaya, tetapi mengatasi hambatan politik, sosial dan perilaku dalam upaya mengurangi emisi (Bert Metz dan Detlef van Vuuren)”
0 komentar:
Posting Komentar