“Masalah terbesar bukan tentang teknologi atau biaya, tetapi mengatasi hambatan politik, sosial dan perilaku dalam upaya mengurangi emisi (Bert Metz dan Detlef van Vuuren)”
Pada tulisan Pemanasan Global (Catatan mengenai sebabnya), ditulis beberapa teori tentang penyebab pemanasan global atau khususnya peningkatan gas rumah kaca, lebih khususnya lagi gas CO2 itu adalah manusia, aktivitas gunung api dan juga pemanasan permukaan laut. Dua sebab yang terakhir jelas kita ga bisa ngapa2in karena itu adalah proses alam. Kita cuman bisa pasrah dan berusaha cepat beradaptasi. Tapi klo yang disebabkan oleh manusia, kita masih masih bisa bertindak, karena itu adalah kita sendiri. Untuk pemanasan permukaan laut, sebagian ahli menganggap bahwa itu adalah efek domino dari pemanasan global. Tapi sampai sekarang belum diketahui mana yang duluan, pemanasan muka air laut atau peningkatan gas CO2. seperti pertanyaan mana yang lebih dulu telur atau ayam
Kita fokus kemanusianya aja dah, kan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2007 dah mengeluarkan maklumat klo kemungkinan manusia yang menyebabkan perubahan iklim itu sekitar 90% dimanapenyebab utama terjadinya peningkatan Gas Rumah Kaca (GRK) seperti peningkatan gas Carbon Dioksida yang disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil dan perubahan penggunaan dari lahan hutan menjadi lahan yang bernilai ekonomi seperti pemukiman dan perkebunan, sedangkan peningkatan gas metan dan gas dinitro
gen oksida disebabkan oleh aktivitas pertanian dan peternakan. Gas metan juga dihasilkan oleh pembusukan sampah. Jadi bisa dah kita simpulin klo peningkatan gas rumah kaca itu akibat kesalahan manusia dalam pengelolaan energi, hutan, pertanian, peternakan dan juga sampah.Semua butuh energi, dan selama ini kita memanfaatkan energi yang tidak terbaharukan. Kesalahan pengelolaan energi oleh manusia dituduh sebagai penyebab utama peningkatan pemanasan global. Jadi energi ini harus dikelola dengan baik. Sumber energi utama dibumi adalah energi matahari. Tapi jarang sekali manusia yang memanfaatkan energi ini. Tumbuhan secara alami sudah memanfaatkannya melalui proses fotosintesis. Kenapa kita manusia tidak memanfaatkan energi matahari untuk kehidupan kita sehari2? kembali ke kata pembuka aja deh
Kota Freiburg di Jerman merupakan kota pelopor yang memanfaatkan energi matahari sebagai sumber listriknya. Sejak tahun 1986 kota ini membuat visi tentang pemanfaatan energi berorientasi ekologis dan dititik beratkan pada efisiensi energi dan pemanfaatan transportasi umum. Hasilnya adalah emisi CO2 berkurang sekitar 20% perkapita. 100% orang naik transportasi umum dan 35% warganya tidak memiliki mobil…. waooooowwww… pada tahun 1992 kota ini mengemisikan CO2 sekitar 2,073 juta ton dimana 1,660 juta ton dari sektor energi dan 0,413 juta ton dari transportasi. Pada tahun 2007 emisi CO2nya berkurang menjadi 1,787 juta ton atau turun 13,8% dimana dari sektor energi emisinya turun menjadi 1,394 juta ton (turun 16%) dan sektor transportasi turun menjadi 0,393 juta ton (turun 4,8%). Hebat bngat oieee…… gambar dibawh adalah bagaimana rumah2 di kota ini memanfaatkan panel fotovoltaik sebagai perangkap energi matahari dan grafik jumlah CO2 yang turun dari tahun 1992 (c40cities.org/bestpractices/energy/freiburg _ecocity.jsp).
Lain Freiburg di Jerman, lain juga Samso di Denmark. Pulau kecil di lepas pantai Denmark ini menggunakan energi listrik yang berasal dari turbin angin yang tersebar disepanjang horizon. 75% energi panasnya berasal dari energi surya dan bio-energi. Dan hasilnya emisi karbon berkurang 300 ribu ton dari tahun 1997 sampai 2003. mantap mennn…
Perusahaan StatoilHydro yang berada di Sleipner barat memproduksi minyak mentah sekitar 60 ribu barrel minyak mentah dan 20,7 juta meter kubik gas alam setiap harinya. Minyak mentah dan gas alam merupakan salah satu sumber CO2. dan perusahan ini memerangkap kembali CO2 dengan menginjeksikan CO2 yang tidak terpakai kedalam formasi lapisan tanah sedalam 1000 m. Dan bayangkan, sebanyak 2.800 metrik ton CO2 yang diinjeksikan setiap harinya. Dan sampai saat ini sudah sekitar 10 juta ton CO2 yg diperangkap…
Hutan menyerap sekitar 1,3 giga ton CO2 pertahun dari luas hutan didunia sekitar 4 giga hektar. Dan seluruh hutan didunia ini menyimpan karbon sekitar 610 giga ton. Akan tetapi sekitar 10-30% total CO2 yang ada diudara merupakan hasil dari pembabatan hutan. Sesuatu yang ironis, dimana sumber penyerap CO2 dihancurkan untuk menambah CO2 diudara.
Di Kalimantan, hutan menyerap karbon sekitar 3 kgC/m2/thun. Dikurangin respirasi yang melepaskan karbon, maka penyerapan karbon bersihnya hanya sekitar 0,5 kgC/m2/thn. Sekarang dihitung sendiri dah… klo sekian hektar, berapa hutan akan mampu menyerap karbon… dan coba hubungkan dengan reboisasi… akan tetapi ada perbedaan kemampuan tanaman menyerap karbon di daerah tropis dan subtrpis. Di daerah tropis lebih besar kemampuannya karena cahaya matahari yang terus ada sepanjang tahun. Dibawah adalah sebaran secara global penyerapan karbon bersih oleh tanaman
Kemampuan tanaman hutan dan tanaman pertanian menyerap carbon sebenarnya hampir mirip, akan tetapi yang membedakan tanaman pertanian dan tanaman hutan adalah kemampuan mereka dalam menyimpan karbon. Tanaman pertanian seperti jagung akan menyimpan karbon selama hidupnya. Pembakaran tanaman jagung dalam proses pembersihan ladang akhirnya memunculkan masalah dalam penyumbangan karbon ke atmosfer oleh tanaman pertanian. Berbeda dengan tanaman hutan yang hidup cukup lama. Penyimpanan karbon akan berlangsung lebih lama karena umur yang panjang dan proses dekomposisi yang lambat yang bahkan bisa mencapai 300 tahun agar karbon yang diserap kembali lagi keudara.
Kota mempunyai penduduk yang bnyak, oleh karena itulah kota sangat boros energi. Mengembangkan kota yang ramah lingkungan akan memberikan dampak bagi pengurangan emisi gas rumah kaca. Desain kota hijau (sebuah angan2 untuk indonesia), misalnya dengan memasang panel2 fotovoltaik di perkantoran, desain bagunan yang memanfaatkan cahaya alami sehingga tidak membutuhkan bnyak energi listrik, pemusatan kegiatan sehingga penduduk tidak menyebar yang akan mengurangi pemanfaatan listrik dan transportasi, dan lain sebagainya
Pemanasan global sudah terjadi, CO2 di udara berdasarkan hasil pengamatan di Muana Loa, Hawaii pada bulan maret 2009 telah mencapai 387,24 ppm. masa ampun dah… tinggi bangat tuh kandungan CO2 atmosfer kita… Ga bisa dicegah dalam waktu yang sesaat untuk menurunkannya, semua butuh proses. Untuk kita perlu beradaptasi dalam menghadapi perubahan ini. Ada bnyak cara misalnya dengan mempersiapkan diri dalam menghadapi cuaca ekstrim, jaga kesehatan karena penyakit tropis dah semakin bnyak, membiasakan diri dalam penggunaan energi dan air dengan efisien, cari tau prakiraan cuaca dan lain2nya…
Kalo mau nyari dasar teori, Hardy (2003. Climate Change: Causes, effects and solutions) mengatakan bahwa untuk mengurangi dampak perubahan iklim dapat melakukan hal2 sebagai berikut: Memerangkap emisi karbon, mengurangi pemanasan global atau efeknya dengan menggunakangeoengineering, meningkatkan carbon sink alami, mengkonversi karbon bebas dengan menggunakan energi terbaharukan, menghemat energi dan menggunakannya lebih efisien, dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
0 komentar:
Posting Komentar