Bukan gitu sih, karna memang hari ini aku lagi teringat aja dengan apa yang terjadi di tanggal 8 Maret 2006 dulu.
- Sekitar jam 9 pagi, aku dapat sms dari no HP ayahku yang isinya mengabarkan kalo beliau masuk angin dan ga bisa masuk kantor. Lalu aku balas supaya istirahat saja di rumah jangan beraktivitas dulu.
- Jam 1-an siang, selepas makan siang, aku ditelpon sepupuku, mengabarkan kalo ayah masuk rumah sakit. Dia juga memintaku supaya mengusahakan aku bisa pulang. Tiba-tiba aku langsung panik, kuatir dan bingung dengan apa yang sedang terjadi pada ayahku hingga membuat blio masuk RS. Karna malam sebelumnya blio baik-baik saja, masuk angin adalah hal biasa yang blio sering rasakan ketika blio kecapekan. Kebetulan juga memang, ayah baru 1 malam ada di rumah karna sebelunnya 2 minggu tugas keluar kota. Aku langsung kontak adik-adikku, yang ternyata 2 adikku yang kecil masih di sekolah dan 2 yang besar masih di Jogja mengikuti kuliah.Begitu mereka dapat kabar, 2 adik besarku langsung menuju Magelang mencari RS dimana ayah berada. Ternyata pencarian waktu sangat sulit, karna 3 kali ayah pindah RS dikarenakan nggak ada kamar kosong.
- Jam 3-an aku telepon Bulik “adik ayah” yang ada di Jogja, aku kabarkan kalo ayah di RS, aku minta tolong blio bantu ibu untuk ngurus macam-macamnya. Ketika aku tanya, aku harus pulang atau tidak, Bulik mengatakan supaya aku konsentrasi saja dengan kerjaan dan kuliah “yang waktu itu aku lagi skrispi”., biarkan smuanya yang nanganin Bulik, serahkan semuanya sama Bulik saja. OK, akhirnya aku terima saran itu, dan aku putuskan untuk tidak pulang malam itu. Tapi hatiku nggak tenang juga, aku tetep pengen pulang. Akhirnya aku pun berniat pulang naik kereta Taksaka jam 8.20 malamnya.
- Jam 4 sore dapat telp kalo 2 adik-adiku yang besar sudah menemukan RS t4 ayah istirahat, mereka sudah berada di samping ayah, dan memintaku untuk mendo’akan supaya ayah lekas baikan.
- Jam 5 sore aku keluar kantor, waktunya pulang. Langsung aku menuju terminal seperti hari biasanya. Tapi dengan hati yang sedikit kurang tenang.
- Jam ½ 6 sore, aku dapet bis. Tak lama aku duduk, HP ku berbunyi, panggilan dari adikku terbesar. Mengabarkan ayah masih koma, dan memintaku pulang saja, ga masalah besok pagi baru sampai rumah. Kayanya karna ayah menanyakanku terus. (Padahal sebenernya tidak seperti itu, semua ditutupi, karna kenyataanya waktu itu ayah sudah sangat kritis dan dalam keadaan koma dari jam 9 pagi)
- Jam ½ 7 aku sampai kost, langsung aku sholat maghrib dan beres-beres pakaian. Aku telpon temenku untuk minta antar ke stasiun
- Jam 7 malam, di telpon Bulik supaya aku segera pulang, naik pesawat saja biar cepat. Tapi aku sudah cari-cari tiket tak dapat juga karna jam 7 malam adalah penerbangan terakhir. Daripada aku harus nunggu besok pagi, aku putuskan pulang malam itu juga naik kereta jam 8.20 mlm
- Jam 7.45 aku jalan menuju Gambir. Dengan badan sedikit gemetar & lemas, pikiran ga karuan, tapi aku coba tenangkan hati dan diriku. Kebetulan ada orang yang sepanjang jalan menghiburku sehingga masih bisa membuatku tertawa dan sedikit riang
- Jam 8 mlm sampe lah di Gambir. Mampir makan malam sebentar
- Jam 8.20 mlm kereta melaju menuju Jogjakarta.
- Jam ½ 9 mlm ku telpon adik, kalo aku sudah jalan menuju Jogja
- Jam 9 mlm ditelpon Bulik untuk mengetahui posisiku.
Suasana malam itu begitu tenang, smua orang rumah yang menghubungiku penuh tawa dan ceria, tak ada yang membuatku sedikit pun untuk curiga. Hatiku pun jadi tenang, tak ada pikiran-pikiran buruk sedikit pun. Sepanjang jalan aku hanya bisa berdo’a supaya ayahku lekas sembuh. - Jam 10 mlm, ada sms dr Om pihak ibu yang ngabariku kalo ayah di RS.
- Jam 10.30 mlm sepupuku nelp menanyakan kabarku.
- Jam 11 mlm aku telepon ke semua nomor adik-adikku tapi tak ada satupun yang mengangkat, HP ayahku pun juga ga ada yang angkat.
- Jam 11-an lewat, ada seseorang yang mengangkat HP adikku, yang ternyata adalah Bulikku, beliau masih bisa ketawa ketiwi di telpon bersamaku. Aku menanyakan adik2ku, ibuku, aku pengen bicara, tapi Bulik mengatakan kalo adik-adik sedang belajar untuk persaiapan ujian besok pagi, jadi ga usah diganggu. Alasannya kasian… OK, aku terima alasan2 itu tapi ada sedikit tanda tanya dalam kepalaku, tapi kucoba hilangkan saja. Ku beristighfar saja supaya aku bisa tenang di jalan.. Sepanjang jalan, masih terus aku ditelpon sama Bulik utk mengetahui keberadaanku Tanggal 9 Maret 2006
- Jam 2 pagi, aku telepon adikku yang paling besar, kami sempat ngobrol lama karna aku ingin tahu kondisi ayah waktu itu. Dia mengatakan kalo ayah sudah baikan, sudah mulai cerah dan bisa bicara, so Mba tenang saja, berdoa semoga selamat sampe rumah.
Kami pun sempat ketawa ketiwi..
Lega sekali rasanya hatiku saat itu, aku sudah dengar langsung dari adikku yang selama ini orang paling terbuka sama aku. Aku ga bicara sama ibu karna katanya ibu ada di kamar sama ayah dan ga usah diganggu2. OK, gpp.. - Jam 5 pagi aku sampai St. Tugu
- Jam 6 pagi sodaraku datang untuk menjemputku, padahal pada awalnya yang mau jemput adalah adik tapi kata sodaraku di rumah ga ada orang, semua di RS jadi Bulik meminta sodaraku itu untuk menjemputku.
OK, ga masalah. Langsung kami melaju menuju Magelang dengan sepeda motornya. Sepanjang jalan, kurang lebih 30 45 menit, kami ngobrol, kebetulan lama tak ketemu, jadi obrolan kami pun asik dan seru, bisa tertawa-tawa juga.
Wis deh..,pokoknya ga ada sautupun pikiran buruk dalam benak dan pikiranku. - Sekitar jam 7 pagi aku sampai rumah.
Kurang lebih 200 m dari rumah, sodaraku berpesan kepadaku supaya aku kuat, sabar dan yang tegar. Aku pun mengiyakan, aku gapapa, baik-baik saja.
Begitu mau masuk halaman rumah, dari jauh aku sedikit bingung, kenapa di depan rumahku banyak orang, kenapa penuh dengan kursi dan tenda-tenda.
Mendadak aku pingsan, terjatuh dari sepeda motor yang masih melaju tapi pelan-pelan.
Diangkatlah aku ke dalam rumah, begitu banyak orang di sekelilingku. Badanku lemas tak bisa bicara apa-apa, seperti orang terbisu. Kupeluk semua adik-adikku…
Sekitar 30 menit-an aku merasakan betul-betul kehilangan daya. Serasa tak sanggup apa-apa dan tak percaya dengan apa yang telah terjadi.
“Ternyata semua orang menutupi kejadian yang sebenarnya, demi menjaga perasaan dan keselamatanku. Jadi jam 7 malam ketika Bulikku memintaku pulang dengan pesawat, saat itulah Ayah menghembuskan nafas terakhirnya" Mereka begitu bisa menutupi semuanya dihadapanku
Saat aku melihat adik-adikku yang sudah kuat, sudah tak ada satupun yang menitikkan air mata, rasanya aku bangkit lagi, dan harus bisa lebih kuat.
Dituntunlah aku sama ke-4 adikku menuju kamar mandi, berwudhlu, lalu sholat jenazah. Kemudian ber-5 kami berdo’a di depan jenazah Ayah.
Ayah sudah tebungkus rapi, akupun tak diizinkan untuk membukanya, cukup aku peluk dan cium saja.
Setelah 1 jam kami duduk di samping ayah, aku temuin ibu yang terbaring lemah di kamar. Tak kuasa aku melihatnya saat itu. Begitu lemah tak bisa apa-apa…
Kutinggalkan beliau dikamar bersama kakak-kakaknya.
Lalu, aku dan ke-4 adikku duduk di depan untuk menemui para tamu untuk mewakili ibu
Tamunya begitu banyak, ratusan orang memenuhi area sekitar rumah kami, sampai-sampai aku pun juga tak mengenali tamu-tamu itu.
Halaman dan jalanan penuh dan padat, *Subhanallah… *
Ya Allah, aku sungguh bahagia, Ayah telah pergi dengan tenang dan semoga Khusnul Khatimah.
Ibu dan Adik-adikku begitu tegar dan kuat, smua sudah bisa mengihklaskan apa yang telah terjadi.
Sudah tak ada lagi air mata....
Karna itu aku sungguh bahagia..