Logo Sea Games Ke-26 di Indonesia |
Tapi, pentas (yang semestinya) akbar ini seperti senyap-senyap saja. Nyaris tak ada kemeriahan di tengah masyarakat. Bahkan, bayang-bayang skandal korupsi Wisma Atlet, ditambah belum rampungnya sejumlah venue pertandingan menjelang pesta digelar, memunculkan kritik dan pesimisme.
Bayangkan, sepekan menjelang SEA Games dibuka, beberapa venue masih bermasalah. Beberapa peralatan di venue akuatik di Lumban Tirta, Palembang, baru lengkap dalam dua pekan terakhir. Venue gulat di Aula Serbaguna Jakabaring, Palembang harus memakai matras lama peninggalan PON 2004. Panitia SEA Games (INASOC) dan Komite Olimpiade Indonesia pun jungkir balik mengejar tenggat waktu.
Pemindahan tempat pertandingan sepakbola dari Palembang ke Jakarta sudah menjadi tamparan tersendiri. Ini bermula dari pembatalan Piala AFF U-23 yang sebenarnya bisa dijadikan ajang uji coba dan tempat untuk memantau kekuatan tim-tim lainnya. AFF menilai panitia penyelenggara tak siap.
Dan akhirnya, venue sepakbola SEA Games pun ikut dipindahkan ke Jakarta; meski panitia penyelenggara mencoba berdalih bahwa stadion Gelora Bumi Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, tetap akan dipakai untuk acara pembukaan.
Yang membuat kuping jadi merah, ketidaksiapan sejumlah venue pertandingan ini menjadi sorotan luas di negara-negara tetangga.
Pemerintah Malaysia, sebagai satu dari 11 peserta SEA Games, terus memantau perkembangan. "Saya selalu mengikuti perkembangannya, terutama penyelesaian venue, fasilitas dan persiapannya lewat media dan teman-teman saya di Indonesia," kata Menteri Pemuda dan Olahraga Datuk Malaysia, Seri Ahmad Shabery Cheek sebagaimana dilansir Kantor Berita Bernama.
Tak cuma soal venue, kemeriahan SEA Games seperti tak terasa.
Tengok saja cabang sepakbola yang sudah mementaskan pertandingan sejak Kamis kemarin, 3 November 2011, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan. Stadion masih sepi penonton. Tim nasional Indonesia memang baru merumput Senin besok, 7 November. Tapi jika Skuad Merah Putih sudah berlaga nanti dan stadion masih kosong melompong, itu bakal menjadi tolok ukur gawat: Pesta Bangsa-bangsa Asia Tenggara kali ini memang tak kencang bergaung.
Padahal, Indonesia telah pasang target tinggi: kembali merebut juara umum di kandang sendiri. Terakhir, tim olahraga Indonesia menjadi yang nomor satu di Asia Tenggara pada pentas SEA Games XIX 1997 yang juga digelar di Jakarta, 14 tahun silam. Artinya, sudah enam kali SEA Games kita gigit jari.
Sayangnya, berbagai keuntungan sebagai tuan rumah tak dapat dimanfaatkan. Banyaknyavenue yang belum siap sampai detik terakhir, membuat kontingen Indonesia kehilangan kesempatan emas untuk menjajal arena bertanding terlebih dahulu—sebagaimana yang selalu dimanfaatkan tuan-tuan rumah SEA Games sebelumnya.
Untuk dapat meraih target itu, Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) Tono Suratman menyatakan Kontingen Merah Putih harus mampu meraih 155 medali emas dari total 545 yang diperebutkan. Semula, target ini optimistis bisa dicapai menimbang Indonesia kini menjadi tuan rumah. Apalagi, kontingen Merah Putih beranggotakan 1.582 orang—1.059 di antaranya adalah atlet.
Toh demikian, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Andi Alfian Mallarangeng terus berupaya menyemangati para atlet.
"Insya Allah, kita bisa menjadi juara umum. Sekarang Saudara mewakili bangsa dan negara. Kita bermain di Tanah Air sendiri. Jadikan itu sebagai kekuatan," ujarnya dalam acara Pengukuhan Kontingen Indonesia di Wisma Serba Guna Senayan, Jakarta, Jumat pagi, 4 November 2011. "Saudara semua harus bertekad menang di Tanah Air sendiri. Para atlet harus bisa membuat Indonesia Raya sesering mungkin dikumandangkan."
Sejak SEA Games tahun 1997 itu, Indonesia Raya memang semakin jarang membahana. Prestasi terbaik Kontingen Merah Putih hanya berada di posisi nomor tiga. Bahkan, pada SEA Games 2005 dan 2007, Indonesia terlempar ke posisi lebih bawah lagi.
Selain tahun 1997, Kontingen Merah Putih menyabet gelar juara umum pada SEA Games 1979 dan 1987.
Tak sekadar pidato berapi-api, untuk menggenjot semangat atlet Indonesia, iming-iming bonus bagi atlet berprestasi mulai didengungkan. Pemerintah sendiri telah menyediakan anggaran Rp20 miliar untuk ini. "Jelas ada bonus bagi yang meraih medali emas. Ada Rp200 juta bagi atlet yang berhasil meraih medali emas," Menteri Alfian menjanjikan.
Kita doakan saja agar Indonesia bisa menjadi tuan rumah yang baik dia jang olahraga se-asia tenggara ini.
0 komentar:
Posting Komentar